REDAKSIGARUT.COM – Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Karena keragaman temporal dan ke ruangan yang tinggi di Indonesia hujan sering terjadi sepanjang tahun.
Posisi Indonesia di antara garis khatulistiwa dan dua benua serta dua samudra yang mempengaruhi pergerakan angin. Kondisi ini menyebabkan curah hujan.
Air hujan sangat penting bagi makhluk hidup, termasuk tumbuhan, karena memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tumbuhan. Lalu tahukah kamu bagaimana proses dan waktu terjadinya hujan?
Dikutip dari penelitian berjudul Analisis Proses Terjadinya Hujan Menurut Sains oleh Titis Octavia, berikut penjelasan lengkap terkait peristiwa hujan menurut sains.
Proses dan Waktu Turunnya Hujan ke Bumi Menurut Sains:
1. Proses Penguapan Akibat Sinar Matahari (evaporasi)
Semua perairan di bumi mulai dari sungai, danau, hingga hamparan air laut, menguap karena panas matahari. Panas matahari juga dapat menguap tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan.
Karena setiap makhluk hidup memiliki air di dalam tubuhnya. Dalam satu detik, diperkirakan sekitar 16 juta ton air menguap ke udara. Angka ini diperkirakan akan menghasilkan 513 triliun ton air setiap tahunnya. Ternyata angka ini sebanding dengan jumlah air hujan yang jatuh ke bumi setiap tahunnya.
2. Hasil Penguapan Air Berubah Menjadi Awan (kondensasi)
Air di bumi yang terpapar sinar matahari akan naik ke langit dan berubah wujud menjadi uap air. Semakin jauh dari bumi, suhu udara di daerah tersebut akan semakin rendah atau lebih dingin.
Asap kendaraan bermotor dan asap industri juga dapat naik ke udara dan bergabung dengan hasil penguapan lainnya. Ketika kumpulan uap air terangkat ke udara dan tiba di daerah dengan suhu rendah, ia akan berubah menjadi embun.
Dengan bantuan suhu yang panas, embun semakin banyak berkumpul menjadi titik-titik yang semakin besar, membentuk gumpalan awan.
Berdasarkan penelitian, pada tahap ini, tetes air berukuran 5-20 mm dan jatuh ke bumi dengan kecepatan 0.01-5 cm/detik, sementara kecepatan aliran udara jauh lebih tinggi, sehingga tetes air tidak jatuh ke bumi.
3. Awan Membesar dengan Bantuan Angin
Awan-awan yang awalnya berukuran kecil tersebut, dengan bantuan angin, akan saling bertabrakan dan membentuk kumpulan awan besar yang bersatu dengan awan lain sehingga berubah menjadi ukuran yang lebih besar.
Setelah berubah menjadi besar, awan akan bergerak naik lagi sampai suhu menjadi lebih rendah, sampai akhirnya awan menjadi semakin gelap sehingga tampak kelabu dari bawah.
4. Turunnya Air Hujan (presipitasi)
Setelah awan bergerak mengikuti arah tiup angin menuju wilayah yang lebih dingin, awan berukuran lebih besar karena semakin banyak uap air yang tergabung menjadi satu.
Namun, awan memiliki daya tampung maksimum, sehingga ketika awan mencapai ukuran maksimum dan memiliki massa yang semakin barat, awan akan luruh dan jatuh ke bumi dalam bentuk tetesan air yang disebut hujan.
5. Air Hujan Terserap ke Tanah dan Kembali ke Sumber Perairan (infiltrasi)
Setelah hujan turun, air hujan terserap ke dalam lapisan tanah, kemudian kembali ke berbagai sumber air di sekitarnya. Sebagian dari air hujan yang terserap kembali mengalami proses terjadinya hujan dan terus berputar selama musim hujan.
Oleh karena itu, proses terjadinya hujan adalah peristiwa yang saling berkesinambungan yang terus berputar.