Kenapa Masih Ada yang Ingin Percaya Astrologi Padahal Dibantah Sains?

astrologi50 Dilihat
banner 468x60

REDAKSIGARUT.COM – Dahulu, astrologi dengan zodiak adalah ilmu pengetahuan yang bisa disamakan dengan astronomi, ketika pengetahuan manusia terbatas.

Leluhur kita melihat ke langit dan berimajinasi pola-pola yang dibentuk bintang. Maka pemahaman tata letak posisinya disebut sebagai astronomi, kemudian pola-pola itu dimaknai sebagai ramalan atau menjadi astrologi.

banner 336x280

Pada masa dahulu, keduanya adalah ilmu pengetahuan yang bersanding seperti yang telah dicatat oleh Claudius Ptolameus (90-168 M). Pemahaman kita saat itu memandang Bumi adalah pusat segalanya, dan bintang-bintang beserta planet yang dikira mengitari kita punya pengaruh terhadap kehidupan kita secara ajaib.

Itulah yang menyebabkan dalam pembacaan astrologi yang digadangkan ‘paling benar’, menyertakan posisi Bulan, Merkurius, Venus, dan sebagainya selain zodiak bintang kita.

Contoh, saya mengetahui bahwa berdasarkan suatu situs astrologi, ternyata saya adalah seorang Cancer dengan rising sign Virgo, Bulan Pisces, Merkurius Leo, dan Venus Gemini.

“Namun begitu Copernicus, Kepler, dan Galileo menyadari bahwa planet-planet mengitari Matahari, alih-alih Bumi, serta Newton menemukan hukum-hukum fisika di balik perilaku benda-benda langit ini, astrologi dan astronomi terpecah–dan tidak pernah dapat dipersatukan kembali,” tulis James Kaler, profesor astronomi di University of Illionois di The Conversation.

Kaler menjelaskan ada dua alasan utama mengapa astrologi zodiak tidak lagi relevan. Pertama, bentuk-pola zodiak itu hanya berdasarkan pemahaman suatu kebudayaan, yang berbeda dengan kebudayaan lainnya, padahal sebenarnya bintang-bintang itu terletak secara acak.

Misalnya, Timur-Tengah dan Yunani Kuno membentuknya sebagai pola berdasarkan imajinasi budaya mereka dengan menarik-narik garisnya. Sedangkan peradaban Inca, membuat rasi bintang berdasarkan titik-titik gelap di Bima Sakti, bukan berdasarkan bintang yang tampak.

Belum lagi penghitungannya menjadi salah jika disandingkan dengan astronomi mengenai letak-letak tanda zodiak itu.

“Contohnya, Matahari melewati rasi bintang Scorpio hanya dalam lima hari, tetapi membutuhkan 38 hari untuk melewati Taurus. Ini adlaah salah satu alasan mengapa tanda-tanda astrologi tidak sejalan dengan rasi bintang zodiak.”

Kedua, tanda-tanda astrologi tidak lagi relevan karena sumbu rotasi Bumi bergoyang. “Gerakan ini mengubah bagaimana zodiak terlihat dari Bumi, dan membuat rasi bintang tampak bergeser ke timur, kira-kira satu derajat setiap masa hidup seorang manusia,” jelas Kaler.

 

Alam Semesta, Bumi di tengah, dikelilingi oleh lima planet, matahari dan bulan, dalam tanda-tanda zodiak. Gambar yang tercipta dari daya imajinasi Macrobius Ambrosius Theodosius, yang hidup sekitar 400 Masehi.

Wikipedia Commons
Alam Semesta, Bumi di tengah, dikelilingi oleh lima planet, matahari dan bulan, dalam tanda-tanda zodiak. Gambar yang tercipta dari daya imajinasi Macrobius Ambrosius Theodosius, yang hidup sekitar 400 Masehi.

 

Lantas, jika astrologi tidak masuk akal, mengapa masih ada yang percaya? Setidaknya ada tiga jawaban mengenai masalah ini.

Pertama, psikolog di University of Nevada Stephen Benning berpendapat bahwa stres dan ketidakpastian adalah faktor yang mendorong minat sesorang pada astrologi. Dia dalam Discover Magazine, menyebut bahwa minat itu ada karena astrologi “memiliki metode untuk memahami apa yang mungkin tampak absurd dan tidak terkandali akan terlihat menarik.”

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed